MORPHOLOGY AND PHYSIOLOGY OF PITAYA AND IT FUTURE PROSPECTS IN INDONESIA MORFOLOGI DAN FISIOLOGI BUAH NAGA DAN PROSPEK MASA DEPANNYA DI INDONESIA

##plugins.themes.bootstrap3.article.main##

I Komang Damar Jaya

Abstract

ABSTRACT


Pitaya or known as dragon fruit (Hylocereus spp.) is a fleshy fruit of climbing cacti, originated from America tropics. In Indonesia, this fruit is relatively new but has already got a good place and good price in the markets. The three most common pitaya species available in Indonesia are red skin with white flesh (Hylocereus undatus Haw. Britton&Rose), red skin with red flesh (Hylocereus sp.) and red skin with strong red flesh (Hylocereus polyrhizus Webb. Britton&Rose). Other two species available in small quantity are red skin with red-purple flesh (Hylocereus costaricencis Web. Britton&Rose) and yellow pitaya (Selenicereus megalanthus A. Berger Riccob). On the island of Lombok, pitaya plantations were first established in 2006 and the first production was in 2008. Cultural practices are very basic and some areas, such as stand (support systems), pruning, and fertilizer, pest, as well as disease managements need some improvements. Physiology, flowering behaviour, pollination, and fruit growth and development of pitaya are discussed in this paper.


ABSTRAK


 


Pitaya atau banyak dikenal dengan nama buah naga (Hylocereus spp.) adalah buah berdaging segar dari kaktus merambat yang berasal dari benua Amerika tropik. Di Indonesia, buah ini relatif baru dan sudah mendapatkan tempat dan harga yang baik di pasaran. Tiga spesies buah naga yang umum terdapat di Indonesia adalah buah naga merah dengan daging buah putih (Hylocereus undatus Haw. Britton&Rose), buah naga kulit merah dengan daging buah merah (Hylocereus sp.) dan kulit merah dengan daging buah sangat merah (Hylocereus polyhirzus Web. Britton&Rose). Dua spesies lainnya yang dijumpai dalam jumlah yang relatif sedikit adalah buah naga kulit merah dengan daging buah merah keunguan (Hylocereus costaricencis Web. Britton&Rose) dan buah naga kuning (Selenicerius megalanthus A. Berger Riccob). Di pulau Lombok, kebun-kebun buah naga pertama kali dijumpai sekitar tahun 2006 dan produksi pertama pada tahun 2008. Teknik budidaya yang diterapkan sangat sederhana sehingga dalam beberapa hal, seperti tiang penyangga, pemangkasan, pemupukan serta pengelolaan hama dan penyakit perlu dilakukan perbaikan. Fisiologi, perilaku pembungaan, penyerbukan, pertumbuhan dan perkembangan buah tanaman buah naga dibahas dalam tulisan ini.

##plugins.themes.bootstrap3.article.details##

Section
Articles